Langsung ke konten utama

“ANCAMAN yang MERUSAK GENERASI BANGSA dari SISI IPOLEKSOSBUDHANKAM (IDEOLOGI, POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, PERTAHANAN DAN KEAMANAN)”


               TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER II
Bekasi, 8 Juni 2016
Diajukan sebagai Pemenuhan Nilai
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan






Preparing The Future

“ANCAMAN yang MERUSAK GENERASI BANGSA dari SISI IPOLEKSOSBUDHANKAM (IDEOLOGI, POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, PERTAHANAN DAN KEAMANAN)”

DISUSUN OLEH:
DEVI VEVIANI (41182037150051)

       DOSEN PEMBIMBING: elvira suryani, s. ip., m. si.
FAKULTAS : KOMUNIKASI, SASTRA DAN BAHASA
PROGRAM STUDI: ILMU KOMUNIKASI (KELAS B)
TAHUN AJARAN: 2015/2016

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113
Telp.Fax : (021) 8808853
www.unismabekasi.a

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyusun Makalah Ujian Akhir Semester II untuk pemenuhan nilai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul  “ANCAMAN yang MERUSAK GENERASI BANGSA dari SISI IPOLEKSOSBUDHANKAM (IDEOLOGI, POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, PERTAHANAN DAN KEAMANAN)”, dapat terselesaikan. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah. Khususnya sumber-sumber yang telah kami gunakan sebagai data dan fakta yang akurat untuk menunjang kesempurnaan makalah ini.
Keterbatasan tidak menghalangi keseriusan saya untuk membuat makalah ini dengan semaksimal mungkin. Maka dari itu, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Sebagaimana saya akan menerimanya sebagai perbaikan untuk makalah yang akan datang.
Makalah yang diajukan sebagai Ujian Akhir Semester ini diharapkan bermanfaat bagi generasi penerus bangsa dan praktisi di lingkungan pendidikan. Terlebih lagi di dalam hidup berbangsa dan bernegara yang rentan akan ancaman-ancaman internal maupun eksternal yang mengancam ketentraman bermasyarakat. Oleh karena itu, kita harus mengenal ancaman-ancaman tersebut sejak dini dan cara untuk mencegah hal itu terjadi, demi keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang ........................................................................................... 4
1.2  Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3  Tujuan Penulisan......................................................................................... 4
BAB II Pembahasan
2.1 Ancaman yang Merusak Generasi Bangsa ................................................. 5
2.2       Upaya Pencegahan sebagai Solusi Ancaman yang Merusak Generasi Muda .................. 9
BAB III Penutup
3.1 Simpulan .................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................ 15
Daftar Pustaka ............................................................................................... 16












BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini semakin pesat. Tidak dipungkiri bahwa kita hidup di era kemajuan berkomunikasi yang berinovasi guna mempermudah pekerjaan manusia.. Tidak hanya di dalam negeri, di luar negeri pun kita bisa tahu apa yang sedang terjadi. Jarak yang jauh terasa dekat. Inilah yang disebut arus globalisasi.
Terlihat betapa pentingnya sebuah negara menjaga generasi bangsanya dari pengaruh globalisasi. Salah satu sisi negatifnya adalah ancaman. Ancaman untuk negara sendiri, tanah air tempat kita dilahirkan. Melalui ideologi, politik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan, generasi bangsa dapat terpengaruh pemikiran-pemikiran di luar negri sendiri bahkan puncaknya adalah dirusak oleh hingar bingar globalisasi.
Oleh karena itu, makalah “Ancaman yang Merusak Generasi Bangsa dari sisi IPOLEKSOSBUDHANKAM (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan, dan Keamanan)” berisi gambaran bentuk-bentuk ancaman dan tindakan apa yang harus kita lakukan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.2   Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang tersebut, rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.      Apa sajakah ancaman yang merusak generasi bangsa dari sisi IPOLEKSOSBUDHANKAM?
2.      Bagaiman solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut?

1.3   Tujuan Penulisan
Mengetahui ancaman yang merusak generasi bangsa dari sisi IPOLEKSOSBUDHANKAM dan upaya pencegahannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ancaman yang Merusak Generasi Bangsa
Terdapat kekhawatiran di sebagian kalangan bahwa arus globalisasi demokrasi dan gerakan hak asasi manusia akan mengancam jati diri bangsa Indonesia. Derasnya gelombang demokratisasi dan HAM akan berhadapan dengan nilai-nilai identitas nasional Indonesia dan Negara-Negara yang belum sepenuhnya melaksankan prinsip-prinsip demokrasi. Kekhawatiran ini sepatutnya tidak melahirkan sikap reaktif dan seraba menyalahkan apa saja yang lahir dari luar.
Indonesia sebagai bagaian dari dunia Melayu membuktikan sebagai kawasan budaya asing dan lokal yang telah melahirkan sikap bijaksana, yakni menerima apa saja dari luar yang bermanfaat bagi Indonesia, namun pada saat bersamaan tetap kritis terhadap unsur-unsur luar tersebut. Sikap anti terhadap asing yang berlebihan sama kurang baiknya dengan sikap tidak kritis bahakan serba baik terhadap apa saja yang bagsa Indonesi miliki. Pancasila adalah sebuah hasil ijtihad para pendiri bangsa Indonesia dalam rangka mengkopromikan beragam pemikiran dan nilai-nilai dunia dengan nilai dan pandangan lokal Indonesia.
Ancaman yang merusak generasi bangsa dari sisi IPOLEKSOSBUDHANKAM adalah sebagai berikut.
1.              Pergeseran Nilai
Globalisasi sering kali cenderung mengintrodusir sesuatu yang baru, baik bersifat materiil maupun nonmateriil yang bersifat asing dalam tempo yang sangat cepat. Akibatnya di satu pihak terlihat adanya menusia sebagai individu atau kelompok (masyarakat dan bangsa ) yang belum siap menerima, mengadaptasi, mengadopsi, dan menyerapnya. Di pihak yang lain sesuatu yang baru (apakah nilai, teknologi, budaya, dan sebagainya) dan asing tersebut tidak secara otomatis dapat diintegrasikan kedalam kondisi individu atau masyarakat atau bangsa yang menerimanya. Dalam kondisi yang demikian, terjadi kegoncangan budaya sekaligus ketertinggalan budaya. (“cultural lag”), keresahan dan dilema dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.              Pertentangan Nilai
Dampak negatif yang lain adalah masuknya nilai-nilai baru yang asing yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai luhur dari pandangan hidun masyarakat/bangsa. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari kepribadian yang berdasarkan budaya masyarakat/bangsa lain atau nilai-nilai yang bersumber dari ilmu dan teknologi baru yang masuk melalui komunikasi dan transportasi yang semakin canggih. Contohnya pergaulan bebas, hidup bersama tanpa nikah yang menjadi norma bagi tata pergaulan bangsa barat, nyata bertentangan dengan nilai sosial yang menjunjung pranata keluarga dan mengagungkan pernikahan.
3.              Perubahan gaya hidup (life style)
Piliang, (1998) menegaskan terdapat delapan perkembangan dan perubahan gaya hidup masyarakat/bangsa Indonesia sebagai dampak globalisasi, yaitu:
a.               Ekonomi menjadi panglima. Kehidupan sosial dan kultural dibentuk dan ditentukam arahnya oleh paradigma ekonomi.
b.              Kemajuan pesat di bidang sains dan teknologi telah mengkondisikan orang hidup di dalam penjara elektronika dan penjara rumah.
c.               Rasa tidak keamanan, keresahan dan ketakutan menghantui dari setiap penjuru.
d.             Tempo perubahan yang semakin tinggi dan kompleksivitas ekonomi, industeri, dan teknologi menyebabkan tekanan waktu dan tempo kehidupan semkain tinggi.
e.               Dengan kekayaannya orang membutuhkan media untuk menunjukkan kelas, status, prestise, massa menonton gaya hidup mereka.
f.                Industri-industri yang dikondisikan oleh tuntutan ideologi dan logika komoditi menciptakan kondisi ke arah orientasi pada gaya hidup ini dengan memanfaatkan setiap aspirasi konsumen.
g.              Media cetak dan media elektronika berperan besar dalam menawarkan dan menaturalisasikan beraneka ragam pilihan gaya hidup.
Selain itu, globalisasi juga mampu mengadirkan gaya hidup konsumeris. Torsten Veblen (dalam AL-Hakim, 2005)  menguraikan fungsi laten konsumsi dan pemboorosan menjadi simbol status yang tinggi dan percobaan untuk memperbesar gengsi melaui kompetisi. Menurutnya, dalam masyarakat ada kelas pemboros yang tidk mau menyibukkan diri dengan kerja produktif. Mereka memboroskan uang, waktu, tenaga, dan hnaya menikmati gengsi dan status tinggi.   
Ciri kelas pemboros: (a) merasa tabu dengan kerja tangan kasar dalam mencari nafkah dan menganggap diri elit; (b) menonjolkan kemewahan, berlomba mengkonsumsi barang, bersantai dan mempunyai banyak waktu luang; (c)mencari uang dan popularitas tanpa memajukan masyarakat dengan usaha produktif; (d) memiliki keberanian tinggi dalam mengejar kemewahan kalau perlu dengan cara kotor seperti kekerasan, korupsi untuk memenuhi tujuan mereka.
4.              Berkurangnya kedaulatan negara
Globalisasi memang memunculkan kekhawatiran yang luas bahwa kedaulatan sebuah negara (bangsa) digerogoti. Pemerintah kini harus mengakui dan bekerja di suatu lingkungan dimana sebagian penyelesaian masalah harus dirumuskan dengan memperhatikan dunia global.
5.      Gejala-gejala lain yang muncul dalam generasi muda saat ini antara lain berupa penggunaan narkoba, pergaulan bebas, tawuran pelajar, dan gaya hidup berpesta pora yang pada dasarnya bukanlah kebudayaan asli dari bangsa Indonesia.
6.      Ancaman bagi bangsa Indonesia saat ini bukan lagi dalam bentuk kontak persenjataan, namun ancaman tersebut berupa gerakan-gerakan separatis dan teroris yang masuk ke Indonesia melalui dunia maya (seperti: FacebookYoutube, dan laman-laman lainnya yang tersedia di internet).
7.      Ancaman tersebut memberikan dampak dalam bentuk paham, budaya, dan ideologi luar yang bertentangan dengan ideologi Pancasila itu sendiri. Dengan banyaknya kemudahan yang diperoleh generasi muda terutama para pelajar dan mahasiswa dalam mengakses hal tersebut, hal itu dapat menyebabkan meluasnya penyebaran ancaman yang ada dan dapat mempengaruhi para generasi muda kita.
8.      Paham liberalisme yang dimiliki oleh budaya barat dapat merubah arah ideologi yang dimiliki oleh generasi muda bangsa Indonesia, dari ideologi Pancasila menuju paham liberalisme. Pada akhirnya, rasa nasionalisme pun juga akan hilang. Serta, hal ini juga dapat memudarkan atau bahkan menghilangkan konsep swadeshi (cinta produk dalam negeri) dari bapak pergerakan nasional India, Mahatma Gandhi, karena terlalu banyaknya produk-produk asing yang lebih disukai generasi muda Indonesia.
9.      Pengaruh dari sisi bidang ekonomi
a.       Globalisasi dan liberalisme pasar telah menawarkan alternatif bagi pencapaian standar hidup yang lebih tinggi. Semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara-negara kaya dengan negara-negara miskin. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO.
b.      Globalisasi telah membawa masyarakat kota maupun masyarakat pedesaan menjadi masyarakat yang konsumerisme. Hal yang perlu dipertimbangkan dari dampak buruk globalisasi, yaitu jika pencitraan (image) produk luar negeri selalu lebih baik dari produk dalam negeri akan berakibat fatal.kefatalan tersebut akan menjadi boomerang bagi produk-produk dalam negeri yang tentu saja akan kalah bersaing , baik dari segi kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan.
10.  Dampak dalam bidang Sosial Budaya
a.       Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.
b.      Keadaaan keseimbangan dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan oleh setiap masyarakat. Dalam keadaan yang demikian, individu-individu secara psikologis merasakan adanya suatu ketentraman, sebab tidak ada pertentangan-pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Setiap kali terjadi gangguan keseimbangan, masyarakat dapat menolak unsur-unsur yang akan membawa perubahan. Penolakan ini disebabkan masyarakat takut terjadi goyahnya keseimbangan sistem yang berarti dapat muncul ketidaktentraman.

c.       Globalisasi telah banyak mengubah kebiasaan, bahkan dapat mengubah budaya suatu bangsa. Contoh kecil, misalnya, adanya perilaku yang menyimpang di dalam masyarakat seperti pergaulan bebas, yang melanda tidak hanya di kota-kota besar saja, teteapi juga sudah melingkupi seluruh pelosok desa. Akibatnya banyak terjangkit penyakit seperti HIV yang banya ditemukan di Afrika.
11.  Dampak dalam bidang Politik
a.       Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan. Para pengambil kebijakan publik di negara sedang berkembang mengambil jalan pembangunan untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Timbulnya gelombang demokratisasi ( dambaan akan kebebasan ).
12.  Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

2.2                     Upaya Pencegahan sebagai Solusi Ancaman yang Merusak Generasi Muda
Cara mengendalikan dampak negatif globalisasi yang dapat dilakukan untuk menghadapi dampat utamanya negatif adalah sebagai berikut.
1.              Pendidikan
Cara yang dapat ditempuh antara lain melalui pendidikan formal, informan, maupun non formal. Terwujudnya warga negara dengan kepribadian yang didalamnya terintegrasi norma-norma/ nilai-nilai berdasarkan pandangan hidup bangsanya. Pengendalian ini diharapkan agar setiap individu menjadi warga negara yang berkualitas, dalam arti menjadi penghayat dan pengamal terbaik norma-norma/nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lemabaga yang menyiapkan tenaga terampil, profesional, dan siap pakai, bagi salah satu segmen industri. Harus dapat dikatkan dengan dunia kerja pada sektor ekonomi formal.
2.              Cara Regualatif
a.               Pemerintah harus berusaha menjalankn peranannya secara sungguh-sungguh dan ketat untuk mengatur dengan mengeluarkan peraturan (regulasi). Pengawasan terhadap tempat hiburan yang terbuka untuk umum yang disediakan untuk orang dewasa, sepatutnya pihak yang berwenang melakukan usaha mencegah generasi muda yang bermaksud ikut menikmatinya. Tempat-tempat hiburan gelap yang seharusnya ditutup. Usaha mendatangkan, memperjualbelikan, menyewakan dan mempertontonkan, segala sesuatu yang merusak generasi muda sepatutnya ditindak keras.
b.              Petugas-petugas pemerintah hendaknya menyadari pentingnya melakukan pengawasan dan tindakan keras, dan menghindari kerja sama dengan pihak-pihak pelaku yang memanfaatkan teknologi canggih untuk merusak generasi bangsa. Petugas tidak menjadi pelindung. Atau backing bagi usaha-usaha yang merugikan publik, termasuk sekurang=kurangnya tidak terpengaruh oleh pemberian uang suap/sogok. Petugas yang terlibat sepatutnya juga diberikn tindakan dan hukuman yang keras.
3.              Pengendalian Sosial
Mutlak dilakukan! Dengan prinsip “lebih baik mencegah daripada harus memperbaiki ,mengobati, atau menyembuhkan pengaruh buruk globalisasi terhadap generasi muda”. Memerlukan keterpaduan, agar kegiatannya berlangsung sinergis. Semua piak harus melaksankannya secara konsekuen. Agar tujuannya mencegah pengaruh buruk globalisasi benar-benar terwujud secar efketif dan efisien.
4.              Memperkokoh Nilai Kokoh
a.               Penguatan nilai-nilai lokal. Naisbitt dalam bukunya  Global Paradox (1994) mengungkapkan, Think Locally Act Globally (Berpikirlah secara lokal, berbuatlah secara global). Ungkapan ini menunjukkan kepada kita bahwa di era globalisasi, nilai dan tradisi lokal harus tetap dipertahankan. Selain itu, nilai budaya lokal yang dituduh sebagai penghampat globalisasi sebenarnya mempunyai kekuatan yang bisa dijadikan kekuatan atau acuan pengendalian global.
b.              Kita harus tetap waspada terhadap globalisasi. Sebagimana Us desernite AT (2005), menegaskan bahwa “Era globalisasi telah datang, dan sepertinya tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghadangnya. Mari kita mulai mengahdapi tantangan yang ada di depan mata ini dengan cerdas, bukan dengan sikap pasrah dan bukan juga dengan pandangan yang negatif terhadap globalisasi. Justru mereka yang bimbang –separuh menerima dan separuh menolak- yang akan digilas oleh dampak negatif dari globalisasi.
5.              Pemantapan Nilai-Nilai Religius dan Agama
Usaha sistematis dan terencana, terutama untuk mempeelajari ide-ide tersembunyi dari gagasan-gagasan religiusnya yang menopang kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam mengahapai “tatanan dunia baru” yang oleh Groos dinamakan Turbulana Era harus memiliki dorongan spiritual untuk memberikan kesatuan dan landasan rasional bagi program sosial. Berbagai maslah sosial, kekerasan, dan berbagai lahirnya sekte spiritual di tengah-tengah masyarakat seperti kasus Gus Roy di Malang yang mengajarkan sholat dengan dua bahasa, Ahamdiyah, Lia Eden, dan lain sebagainya. Menunjukkan adanya kebutuhan spiritual dalam diri manusia yang belum terpenuhi Merupakan kekuatan dalam rangka pertahanan menghadapi gempuran dampak buruk globalisasi. Mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan religius dalam kehidupan nyata menjadi pengendali pribadi dan keluarga, masyarakat dan bangsa dalam menyikapi hal-hal buruk yang bisa merendahkan derajat kemanusiaan.
6.              Pemantapan Identitas Nasional, Integrasi Nasional, dan Wawasan Kebangsaan
Harus semakin dimantapkan dengan tujuan, agar loyalitas ganda sebagai warga negara bangsa dan warga negara dunia terwujud secara proporsional.  Sikap kokoh dan kecintaan dan rasa hormat pada keluarga, daerah dan negaranya akan berbanding secara proporsional dengan sikap kecintaan untuk menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
7.              Pengetahuan Budaya Lokal
Pengetahuan akan budaya luar terkadang membuat masyarakat lebih menyukainya dari pada budaya daerah sendiri. Menyukai kebudayaan luar adalah hal yang wajar. Namun bangsa Indonesia harus tetap melestarikan kebudayaan sendiri. Jangan sampai kebudayaan bangsa Indonesia punah begitu saja seiring dengan berjalannya waktu. Apalagi kebudayaan itu seenaknya saja diambiloleh bangsa lain. Betapa malunya bangsa Indonesia? Walaupun zaman kini telah serba modern, bangsa Indonesia harus tetap berpegang teguh kepada adat istiadat. Apalagi kita Indonesia terkenal memiliki keanekaragaman kebudayaan yang indah dan harus dijaga kelestariannya agar nantinya dapat dinikmati olehgenerasi penerus bangsa.
8.              Menjaga keasrian objek wisata dalam negeri
Salah satu ciri-ciridampak negatif globalisasi adalah perjalanan dan wisata antarbangsa yang semakin meningkat. Indonesia sebagai negara yang kaya akan objek-objek wisata yang indah hendaknya memanfaatkannya dengan seoptimal mungkin. Salah satu usaha adalah menjaga keasrian objek wisata tersebut. Cara-cara menjaga keasrian objek wisata dalam negeri seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-mencoret tembok, melakukan penghijauan disekitar pegunungan, tidak membuang sampah ke sungai yang nantinya bermuara ke laut, melestarikan terumbu karang, dan sebagainya. 
9.              Pengertian dan penerapan ideologi sebuah negara wajib ditanamkan kepada setiap warga negaranya.
a.               Dalam menghadapi berbagai gempuran arus kebudayaan luar, generasi muda bangsa Indonesia terutama para pelajar dan mahasiswa haruslah memiliki sebuah pedoman dalam melestarikan adiluhur budaya bangsa, agar tetap kokoh tanpa harus melarang masuknya kebudayaan dari luar itu sendiri. Pedoman tersebut yakni ideologi bangsa ini, yaitu Pancasila. Pancasila bukanlah semata-mata hanya untuk pajangan namun harus diterapkan dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
b.        Perlu adanya penanaman dan penguatan ideologi kepada generasi muda guna membentengi bangsa dari pengaruh yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
10.  Menurut Taufan E.N. Rotorasiko, Ketua Umum Pengurus Nasional Karang Taruna (PNKT), dengan menguatnya identitas bangsa, sudah pasti bangsa ini akan dihormati oleh negara-negara lain di dunia. Dengan begitu pula, rakyat Indonesia akan lebih bermartabat di mata dunia internasional, memperkokoh posisi bangsa Indonesia di mata dunia, serta menambah kepercayaan diri bangsa (dikutip dari artikel Viva.co.id “Globalisasi Gerus Nilai-nilai Pancasila”).
11.  Dengan gempuran arus kebudayaan asing inilah, generasi muda memerlukan sebuah saringan kebudayaan. Saringan kebudayaan tersebut juga harus didampingi dengan kesadaran budaya dari para generasi muda itu sendiri, terutama di kalangan para pelajar dan mahasiswa. Kesadaran budaya ini merupakan kesadaran dimana menempatkan kebudayaan asli bangsa Indonesia sebagai kebudayaan yang lebih menarik daripada kebudayaan luar. Karena sangat miris jika generasi muda bangsa ini lebih mengagung-agungkan kebudayaan orang lain.
12.  Pembuatan kebijakan dengan dimasukkannya kembali bahasa maupun unsur kebudayaan daerah lainnya dan pendidikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum pendidikan. Karena Pancasila adalah bagian yang sangat penting bagi pendidikan karakter bangsa, sesuai tutur kata dari Ketua Umum Aliansi Nasionalis Indonesia (Anindo), Edwin Henawan Soekowati (dikutip dari artikel Berita Nasional Okezone.com “Pentingnya Pancasila dalam Kurikulum Pendidikan Nasional”).
13.  Agar identitas generasi muda kita di mata dunia internasional sebagai orang Indonesia tidak lekas hilang begitu saja. Aksi-aksi yang dapat dilakukan oleh setiap generasi muda terutama kaum pelajar dan mahasiswa, diantaranya:
a.       Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b.      Menyaring kebudayaan asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa, tanpa harus memboikot masuknya kebudayaan asing;
c.       Menumbuhkan kesadaran budaya dalam diri;
d.      Meningkatkan rasa cinta dan rasa memiliki atas kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia;
e.       Mengikuti dan mendukung secara aktif acara-acara kedaerahan yang bertemakan budaya daerah;
f.       Mencintai produk dalam negeri;
g.      Berusaha mengikuti perkembangan dunia agar tidak tertinggal;
h.      Memegang teguh kebudayaan timur sebagai identitas diri di mata dunia internasional;
i.        dan menggunakan internet khususnya media sosial secara arif dan bijaksana.
14.  Gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagi bangsa yang besarf dengan keanekaragaman kultur sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.
15.  Menanamkan jiwa nasionalisme dan patriot yang tinggi kepada generasi penerus. Untuk itu, segenap pemuda Indonesia harus bijak dan teliti memikirkan berbagai langkah menyikapi berbagai ancaman NKRI yang semakin nyata dan perlu antisipasi sedini mungkin.
16.  Nasionalisme merupakan suatu keharusan bagi generasi muda untuk memahami dan menjalankan makna dari nasionalisme. Selain itu, nasionalisme harus dibangun dari dalam dan oleh pemuda itu sendiri untuk kepentingan bangsa. Pancasila adalah pondasi tegak berdirinya NKRI dan jika pondasinya rusak maka tamatlah NKRI, untuk itu marilah bersama-sama dengan para generasi muda untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI dengan cara mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.















BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
Berdasarkan keseluruhan isi makalah ini, dapat saya simpulkan sebagai berikut.
1.      Generasi muda Indonesia sebagai anak NKRI harus pandai mencintai tanah air Indonesia serta harus bangga menjadi anak NKRI yang SDA kaya raya. Kalau generasi muda mencintai tanah air maka harus berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945. Jika setiap pemuda bisa berkontribusi di daerahnya masing-masing bahkan di daerah yang belum terjamah, maka tercapailah maksud dan tujuan dari kemerdekaan.
2.      Di bidang politik, sekurang-kurangnya generasi muda harus melakukan proses demokrasi yang sesuai dengan Undang-Undang dan mengawasi sistem politik yang berjalan. Di bidang ekonomi, harus berani bersaing agar era pasar bebas berideologi Pancasila dapat tercapai. Di bidang sosbud, harus mampu mengembangkan sumber daya atau potensi diri untuk mengejar ketertinggalan dengan negara maju. Meningkatkan keamanan, ketertiban, dan kedaulatan di bidang pertahanan dan keamanan.

1.1            Saran
Sebagai generasi bangsa, pengaruh globalisasi sebagai salah satu ancaman paling besar yang dapat merusak jati diri bangsa perlu disikapi dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan yang diarahkan untuk tetap berada pada koridor pencapaian tujuan nasional sebagai wujud Indonesia baru. Pancasila sebagai Ideologi dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia mutlak harus diimplementasikan secara benar. Nilai-nilai Pancasila harus mewarnai semua aspek kehidupan bangsa, sehingga tetap pada arah yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hakim, Suparlan dkk. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia. Malang: Madani (Kelompok Intrans Publishing) .
Cholisin. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas XII. Sidoarjo: Masmedia.
Pendidikan Kewarganegaraan: Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

“PENELITIAN PERNIKAHAN ANTARBUDAYA JEPANG DAN INDONESIA” MATA KULIAH KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

“PENELITIAN PERNIKAHAN ANTARBUDAYA JEPANG DAN INDONESIA” MATA KULIAH KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA Bekasi, 20 November 2016 Preparing The Future DI SUSUN OLEH: ADE IRMA SURYANI (41182037150049) DEVI VEVIANI (41182023150051) TRI JAYA NUR FIARTO (41182037150058) DOSEN PEMBIMBING: TIN HARTINI S. Ag., M. Si. FAKULTAS: KOMUNIKASI, SASTRA & BAHASA PROGRAM STUDI: ILMU KOMUNIKASI (B) TAHUN AJARAN: 2016/2017 UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113 Telp.Fax : (021) 8808853 www.unismabekasi.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan nikmat serta hidayah-Nya, sehingga pembuatan penelitian sederhana kami yang berjudul “Penelitian Pernikahan Antarbudaya Jepang dan Indonesia” dapat terselesaikan. Tugas ini diajukan untuk pelaksanaan UAS semester tiga yang rencananya akan dilaksanakan pada 4 Januari 2016, sebagai pemenuhan nilai akhir Ujian Akhir Semester. Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pem...

Bedah Buku LOGIKA Drs. H. Mundiri Bab 4

KLASIFIKASI A.       PENGERTIAN Klasifikasi adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesianya. Para ilmuan membuat klasifikasi ilmu menjadi tiga golongan besar: 1.       Ilmu-ilmu sosial 2.       Ilmu-ilmu kealaman 3.       Ilmu-ilmu humaniora Pengelompokan barang-barang ini tidak lain agar kita mudah dalam berhubungan dengan benda-benda itu. Ada dua macam cara membuat klasifikasi: 1.         PEMBAGIAN (Logical Division) Adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupnya. ·          Definisi yang telah kita pelajari membahas pengertian kata sedangkan pembagian membicarakan denotasinya. ·          Jika definisi merupakan analisi konotasi maka pembagian merupakan analisis denotasi. ·   ...

ANALISIS KOMUNIKASI BAHASA PENGGUNA FACEBOOK MENGGUNAKAN TEORI KOMUNIKASI MEDIA SIBER DAN TEORI TECHNOLOGICAL DETERMINISM

MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER II Bekasi, 8 Juni 2016 Diajukan sebagai Pemenuhan nilai UAS Mata Kuliah Teori Komunikasi   Preparing The Future ANALISIS KOMUNIKASI BAHASA PENGGUNA FACEBOOK MENGGUNAKAN TEORI KOMUNIKASI MEDIA SIBER DAN TEORI TECHNOLOGICAL DETERMINISM DISUSUN OLEH: ANGGITA PUSPITASARI (411820371500 DEVI VEVIANI (41182037150051) M. RIZKY NANDA (411820371500 M. RIFKY AMBARI (41182037150053)           DOSEN PEMBIMBING : WINDA PRIMASARI, m. s i. FAKULTAS : KOMUNIKASI, SASTRA DAN BAHASA PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI (KELAS B) TAHUN AJARAN : 2015/2016 UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113 Telp.Fax : (021) 8808853 www.unismabekasi.ac.id DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 3 1.2 Rumusan Mas...