LOGIKA ALAMI DAN KEPENTINGAN LOGIKA SCIENTIFIKA
Merupakan pengalaman kita semua bahwa kita sering berpikir. Banyak hal yang menyebabkan kita berpikir.
Tengah malam kudengar telepon berdering. Telepon kuterima dan kawanku minta supaya aku segera datang, ditengah malam itu juga. Aku yakin tentu ada sesuatu yang mendesak, serius. Kawanku tidak mengatakannya, tetapi akuberpikir demikian. Aku menyimpulkan demikian.
Pengalaman mengatakan bahwa kita tidak hanya sering berpikir, tetapi juga harus berpikir. Kita harus melihat jauh kedepan, kita harus membuat rencana. Membuat rencana merupakan kewajiban dan keharusan bagi manusia.
Benar, dalam berpikir sehari-hari kita secara spontan telah megikuti hukum-hukum yang secara alami memerintah. Dan memang benar bahwa logika alami (natural, instingtif, spontan) tersebut telahmencukupi bagi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Tetapi logika alami ini tidak cukup jelas atau tegas eksplisit untuk menjauhkan kita dari kekeliuran-kekeliuran. Karena dalam hidup ini tidak jarang manusia harus membuat pemikiran-pemikiran yang cukup sulit dan berliku-liku, sehingga penting kalau orang mengetahui hukum-hukum alam pikiran tadi secara sadar, supaya kita bisa mempunyai kepastian atas kebenaran proses berpikir kita demikian juga pasti dengan kesimpulannya.
Pengalaman juga mengatakan bahwa kita sering tersesat dalam berpikir. Memang sesudah mengalami tersesat kita bisa menganalisa kesesatan itu. Dan apabila kita bijaksana, pastilah kita jaga diri kita jangan sampai terperosok kedalam pemikiran sesat semacam itu, jangan sampai kesesatan yang sama terulang lagi dihari depan. Dalam arti inilah sesungguhnya merupakan guru. Tetapi menurut pendapat kami pengalaman adalah tempat belajar yang tidak jarang sangat pahit. Logika menyarankan gantinya.
Jadi memang tanpa Logika Scientifika seseorang bisa mencapai kebenaran, terutama apabila mengenai hal-hal yang tidak sulit. Dalam kejadian seperti ini logika alami cukup. Hukum yang akan kita rumuskan dalam Logika Scientifika itu adalah hukum kodrat. Jadi akal budi manusia sebagai benda kodrat pastilah juga dengan sendirinya menjalankan hukum-hukum itu. Tetapi hal ini terjadi tanpa pengetahuan, tanpa kesadaran. Maka dari pada itu tidak sempurna. Kecuali itu berbagai macam kebiasaan dalam cara berpikir sudah banyak memperkosa hukum-hukum ini. Dan akibatnya tanpa pelajaran, tanpa belajar Logika Scientifika terdapat banyak kepincangan dalam logika. Logika scientifika sesungguhnya adalah penyempurnaan metodis.
Meskipun pikiran sehat (common sense, ezond verstand) selalu dituntut, tetapi pada hakikatnya tidak selalu mencukupi. Karena kita tidak hanya perlu mencapai kebenaran, tetapi juga harus dapat menyingkirkan kesulitan yang merintang di jalan. Dan sanggup menjelaskan kesesatan-kesesatan. Disinilah pikiran sehat melulu tidak akan mencukupi, karena pikiran sehat dapat menyimpulkan sesuatu dari sesuatu kebenaran, tetapi tidak akan demikianlah apabila telah meningkat pada prinsip-prinsip dasar yang umum, dan membuat kesimpulan-kesimpulan jauh yang sulit.
Jadi logika perlu guna mempertajam jiwa dan menolong meluruskan kerja intelek manusia dengan menyuruhnya mengikuti prinsip-prinsip dasar yang memerintahnya dengan secara sadar.
1.2. Apakah itu Logika Scientifika?
Logika Scientifika dapat kita rumuskan demikian:
Ilmu praktis normatif yang mempelajari kondisi-kondisi, humum-hukum, susunan atau bentuk-bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
Ilmu Pengetahuan: Manusia mengerti bahwa dia mengerti, maka dapatlah ia menyempurnakan pengertiannya. (Disini meskipun mungkin menurut asal arti kata tidak ada perbedaan yang jelas antara mengerti dan mengetahui. Kita dengan sengaja memaknai istilah “pengertian” dalam arti yang umum, sedangkan penegtahuan kita ambil untuk menunjuk penegrtian yang dikatakan “lebih sempurna” karena orang mengerti sebab-sebabnya).
Manuisa dapat menyemprnakan cara-caranya menangkap objek, mencari sebab-sebab suatu objek, dan menunjukan sifat-sifat objek. Maka dengan demikian manusia tidak saja mengerti, melainkan juga mengerti seluk beluk objeknya. Manuis atidak saja menemukan sesuatu tetapi juga bisa mempertanggungjawabkan hasil penemuannya. Dia mengerti betul apakah sebabnya ia berkata begini atau berkata begitu tentang sesuatu objek.
Demikian manuisa mempunyai pengetahuan yakni pengertian yang disertai sebab, pengertian yang dipertanggungjawabkan dengan dsar-dasar.
Tetapi pengetahuan bukanlah atau belumlah ilmu pengetahuan. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, orang masih harus menyempurnakan cara mengetahui sesuatu objek dengan lebih teliti dan seksama. Demikian dibutuhkan metode yakni cara pendekatan persoalan melalui jalan yang ditetapkan, dipikirkan, dipertanggungjawabkan terlebih dahulu. Bahan-bahan yang diperoleh melalui jalan ini kemudian dibanding-bandingkan, dianalisa, dicari unsur-unsurnya yang sama, diklasifikasi, di cari hubungan-hubungannya, sebab akibat, dipastikan sifat-sifatnya yang umum. Kemudian disintesa kembali dijadikan satu pandangan, satu keseluruhan yang bergandengan, satu sistem. Jadi Ilmu pengetahuan dapat dirumuskan:
Kumpulan pengetahuan-pengetahuan tentang sesuatu objek menurut metide tertentu dan merupakan satu kesatuan sistematik.
Nah, demikian jugalah dengan Logika Scientifika. Pikiran kita mempunyai hukum-hukum alami, mempunyai bentuk-bentuk dan kondisi-kondisi yang harus diindahkan supaya dapat bekerja dengan baik. Hukum-hukum, bentuk-bentuk, kondisi-kondisi tersebut dapat diselidiki dan dikumpulkan. Hal tersebut bisa dilaksanakan karena manusia bisa sadar akan kesadarannya.
Batu tidak sadar akan sesuatu apapun, demikian juga pohon. Hewan memang mempunyai kesadaran, tetapi berlainan sekali dengan kesadaran manusia. Hewan tidak pernah sadar akan kesadarannyasendiri, tidak pernah sadar akan dirinya sendiri dalam arti yang formil, artinya sehingga dapat berkata: AKU. Apa sebab? Karena hewan bukan personal. Berlainanlah manusia. Dari fakta manusia mengerti dan dapat mengerti bahwa mengerti, dia juga dapat memandang objek yang tidak materiil. Demikian dia dapat berpikir tentang pikirannya. Dia dapat menyelidiki anasir-anasir pikirannya. Manusia dapat menyelidiki caranya berpikir dan dapat menyelidiki hukum-hukum, kondisi-kondisi pikirannya sendiri. Hal ini dijalankan untuk menambahkan pengetahuan, tetapi manusia tidak hanya berhenti pada mengetahui, berhenti pada memandang, demi memandang. Pengetahuan tersebut dapat juga dipergunakan untuk berpikir dengan cara yang lebih sempurna. Demikian Logika Scientifika adalah ilmu pengetahuan yang.......................................................................
Praktis dan Normatif:
Mengingat adanya berbagai ilmu pengetahuan, maka dalam pandangan tentang ilmu pengetahuanorang mengutarakan klasifikasi ilmu pengetahuan. Hal ini sesungguhnya agak sulit, dan disini kita menghindari uraian sampai keseluk beluknya.
Menurut tujuannya kita dapat membagi ilmu pengetahuan sebagai berikut:
1) – Ilmu spekulatif (teoritis): Ilmu pengetahuan yang menuju ke pengertian yang benar demi pengertian itu sendiri. Jadi hanya ingin mengerti keadaan yang sebenarnya saja, buka pertama-tama dan terutama diusahakan untuk dipergunakan. Ini sering mengalami perincian lebih lanjut:
- Monotetis: Menentukan hukum-hukum umum yang berlaku, mempelajari objeknya dalam keabstrakannya mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala penjelmaannya yang konkrit, bilaman dan dimana-mana saja. Misalnya: ilmu hajat. Ilmi kimia, sosiologi, dsb.
- Ideografis (deskriptif): Mempelajari objeknya dalam wujud konkritnya, menurut tempat dan waktu tertentu, dngan sifat-sifatnya yang khas. Misalnya: ethnografi, sosiografi, sejarah.
2) – Ilmu praktis (applied science): Ilmu yang menuju ke pengertian yang benar, tidak hanya demi pengertian itu sendiri tetapi juga demi sesuatu lain yang praktis; langsung dirahkan pada pemakain pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimana orang harus berbuat atau membuat sesuatu. Perincian selanjutnya ialah:
- Normatif: Mengamanatkan bagaimana kita harus berbuat, membebankan kewajiban, keharusan, dan larangan-larangan. Misalnya: etika, Logika Scientifika.
- Postif: Appliedd dalam arti yang lebih sempit yakni mengatakan bagaimana orang harus membuat sesuatu, mencapai atau mendapatkan suatu hasil tertentu. Misalnya: kedokteran, teknik, pertanian.
Kedua macam ilmu ini saling melengkapi. Jadi walaupun dibedakan tak boleh dipisahkan. Kebanyakan ilmu mempunyai bagain spekulatif (teoritis) disamping bagian praktis. Hingga sering dialami sukar menentukan sesuatu ilmu harus dimasukkan dimana dalam klasifikasi (pembagian, pengelompokan) ini.
Ilmu spekulatif (teoritis) biasanya dapat “berdiri sendiri” terlepas dari ilmu praktis. Tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar teoritis. Atau dengan kata lain, setiap ilmu (ut sic) selalu spekulatif (teoritis).
Perbedaan ini di Indonesia sangat penting diketahui, antara lain disebabkan karena di Indonesia pernah terdapat tendensi kuat untuk mengatakan bahwasanya hanya ilmu praktislah yang ilmiah dan menolak lainnya. Jadi seperti kita lihat ilmu praktis itu sebagai ilmu adalah spekulatif (teoritis).
Logika Scientifika kita sebut ilmu pengetahuan praktis. Tetapi hal ini jangan lalu diartikan bahwa Logika Scientifika memberi resep berpikir, seperti buku masakan. Logika Scientifika sebagai ilmu pengetahuan, juga bersifat spekulatif (teoritis), adalah suatu pandangan, suatu science. Yakni bersifat memandang untuk memandang. Dengan Logika Scientifika kita mengadakan pandnagan tentang kelurusan perjalanan pikiran manusia. Tetapi Logika Scientifika bukan sekedar bertujuan memnentukan apa adanya, tetapi menentukan apa yang seharusnya yakni bagaimana kerja pikiran itu seharusnya mesti dilaksanakan supaya memenuhi tuntutan pemikiran yang baik.
Logika Scientifika memaparkan syarat-syarat yang seharusnya. Tidak brhenti pada mengutarakan dan menjelaskan apa adanya melainkan juga apa yang seharusnya. Demikian juga didalam ilmu filsafat, Logika Scientifika buka saja termasuk ilmu filsafat spekulatif, tetapi pertama-tama adalah termasuk ilmu filsafat praktis, normatif yang disebut juga de ontologia.
Logika Scientifika juga disebut art, kepandaian, kecakapan. Disini orang harus teliti membuat pembedaan. Logika Scientifika sebagai pengetahuan adalah science. Logika sebagai kecakapan adalah suatu sifat manusia, ykni kemahiran berpikir logis. Logika adalah suatu metode yang memampukan kita melaksanakan pekerjaan berpikir. Dengan baik, yang memampukan kita mahir berfikir dengn baik. Dan kemahiran kecakapan hanya bisa dimiliki apabila metode tadi dihayati, dan orang selalu terus menerus berusaha melatih diri.
Objek formal dan Objek material
Diatas telah kita katakan bahwa ilmu adalah suatu bentuk pengetahuan yang mempelajari sesuatu objek. Jadi ilmu pengetahuan mempunai lapangan. Lapangan tersebut pada hakekatnya muncul dari lapangan pengalaman dunia kita ini, yang masing-masing diliputi oleh ilmu pengetahuannya sendiri. Karena berlain-lainan lapangannya, maka juga berlainanlah metode dan bermacam-macamlah ilmu pengetahuan itu. Jadi agaknya yang menjadi azas pembedaan pertama adalah: objek atau lapangan ilmu itu yakni apa yang dipandang (objek material). Tetapi kiranya hal itu belum cukup. Karena dapat terjadi ada dua ilmu atau lebih yang membicarakan objek yang sama, padahal toh merupakan ilmu yang berlainan. Misalnya: paedagogi, sosiologi, psikologi, kedolteran, filsafat itu semua mempelajari manusia, objeknya manusia. Lalu apakah gerangan yang membedakan berbagai ilmu tersebut?
Guna menjelaskan hal tersebut lebih lanjut, kita harus memperhatikan:
Bagaimana objek tersebut dipandang. Jadi azas pembedaan kedua: aspek, sudut pandnag (objek formal). Demikian dapatlah kita katakan bahwa objek formaal menentukan ilmu pengetahuan. Objek formal adalah prinsip perbedaan antara ilmu-ilmu pengetahuan. Dua ilmu atau lebih dapat sama objek materialnya, tetapi ilmu-ilmu tadi menjadi berbeda karena objek formalnya.
CONTOH.
ILMU PENGETAHUAN
OBJEK MATERIAL
OBJEK FORMAL
Matematika
Badan
Menurut ketentuan-ktentuan kuantitatif, sejauh bisa diukur
Biologi
Badan
Sejauh hidup
Sosiologi
Badan
Sejauh menjadi bagian masyarakat
Psikologi
Badan
Sejauh bernyawa, berjiwa
Objek formalah yang menentukan sifat-sifat ilmu dan metode-metode yang dipergunakan. Apabila sesuatu ilmu belumjelas objek formlanya, berarti bahwa ilmu tadi belum jelas aspek apa yang mau dipandang, dengan konsekuensi mungkin ilmu tadi belum berhak menyebut dirinya ilmu yang dapat berdiri sendiri.
Objek fornal selalu penting ditegaskan, supaya orang jangan menyerobot dan akhirnya bertubrukan dengan lapangan ilmu lain, hal mana pasti tidak akan enguntungkan.
Jadi objek material adalah objek jika ditinjau, dipandang secara seluruhnya, sedang objek formal adalah objek jika ditinjau, dipandang menurut suatu aspek. Atau kalau kita rumuskan: objek formal adalah aspek melalui mana sesuatu ilmu memandang objeknya. Dalam ilmu pengetahuan objek formalah yang dipandang secara langsung.
Logika Scientifika sebagai ilmu juga mempunyai objek. Objek material Logika Scientifika adalah pikiran manusia, sedangkan aspek yang dipandang yakni objek formalnya adalah kondisi-kondisi, hukum-hukum, bentuk-bentuk dan susunan pikiran. Penalaran akan korek dan menyebabkan tercapainya kebenran apabila orang mengindahkan dan menaati hal-hal diatas. Tetapi seperti telah kita katakan kebenaran bentuk harus dibarengi dengan kebenaran materi, sehingga proses penalaran kita tidak hanya logis tetapi juga dialektis.
Itulah penalaran yang baik, logis, dialektis. Jadi kita jangan hanya berpikir logis saja tanpa memperhatikan perubahan keadaan.
Logika dan Psikologi
Perlu disini kami tunjukan bahwa Logika adalah berbeda dari psikologi. Memang betul juga bahwa pikiran dapat dipandang sebagai suatu kejadian psikologis. Tetapi pada hakekatnya logika berbeda dengan psikologi. Logika pertama-tama mempersoalkan tentang aspek objektif dari proses-prose intelektual, sedang psikologi tentang aspek-aspek subjektif. Memang berguna juga mengetahui psikologi khusunya yang menyentuh hal-hal yang bertalian dengan proses berfikir, karena aspek psikologis memang juga terdapat bersama-sama dengan aspek logis dalam pikiran kita, tetapi tidak ada lah alasan untuk mencampur adukkan begitu saja. Sebab apabila kita tidak membedakan, kita akan tergelincir kedalam psikologisme.
Komentar
Posting Komentar